UTS METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH
Nama : Eniswatin Khoiriyah
Nim/Kelas : 074284209/B
Jurusan : Pendidikan Sejarah 2007
1. Apa beda antara kritik intern dan ekstern ? Terangkan cara untuk membuktikan keduanya !
2. Gambarkan secara singkat mengajar teknik-teknik sejarah yang disampaikan oleh Louis Gatschalk ( Bab VIII ) kemudian komentari langkah tersebut menurut Saudara!
3. Bagaimana cara yang paling baik bagi sejarawan untuk memberi sumbangan pada usaha mengerti masyarakat dan hubungannya dengan generalisasi sosial ( hal 184 ). Beri contoh pada kasus Indonesia !
4. Coba terangkan intisari metode sejarah setelah itu buatlah proposal penelitian sejarah!
Perbedaan kritik Ekstern dan Intern dan cara untuk membuktikan keduanya :
1.) Kritik Ekstern
- Kritik Ekstern digunakan untuk memperoleh keabsahan tentang keaslian sumber (otentitas)
- Kritik ekstern digunakan untuk memperbedakan satu tipuan atau suatu misrepresentasi dari sebuah dokumen yang sejati, karena pemalsuan dokumen dalam keseluruhan atau untuk sebagian, meskipun bukan merupakan suatu hal yang biasa, namun cukup sering terjadi, sehingga seorang sejarawan yang cermat harus senantiasa waspada terhadapnya.
- Kritik ekstern digunakan untuk usaha menetapkan suatu teks yang akurat yang oleh para ahli filologi disebut “Kritik Teks”, sedangkan didalam studi Injil juga disebut “Kritik Rendah”, sjarawan telah meminjam teknik dari ahli filologi dan kritikus Injil.
- Kritik ekstern digunakan untuk mereforasi teks, yaitu dengan cara mengumpulkan beberapa copian teks, untuk kemudian dibandingkan dan dianalisis. Dalam hal ini sejarawan membutuhkan ilmu bantu sejarah, karena pada akhir-akhir ini, ilmiawan sosial seperti ahli pendidikan, anthropologi, psikologi dan sosiologi telah menerbitkan Questionaire, Poll Opinio umum, statistik mengenai penduduk dan perubahan sosial, dsb. Dan kesimpulan yang diperolh dari material semacam itu dan dari apa yang dinamakan “Dokumen Pribadi” atau otobiografi yang dikumpulkan oleh ilmiawan sosial selama ini.
- Kritik ekstern digunakan untuk mengidentifikasi pengarang dan tanggal.
2.) Kritik intern
- Kritik intern digunakan untuk meneliti keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas)
- Kritik intern digunakan untuk menganalisis pembuktian kebenaran sebuah fakta sejarah.
- Kritik intern menggunakan Hipotesa Interogatif, karena hipotesa ini lebih baik dibandingkan dalam bentuk deklaratif, hipotesa interogatif bersifat tidak mengikat sebelum semua bukti selesai diperiksa. Dan sedikit membantu sejarawan untuk memecahkan suatu masalah karena pertanyaan tersebut langsung menuju ke jawaban.
- Kritik intern digunakan untuk melakukan pencarian terhadap detail khusus daripada kesaksian, karena fakta sejarah harus mengandung empat aspek subyek sejarah, yaitu: aspek biografis, aspek geografis, aspek kronologis, dan aspek fungsionil.
- Kritik intern digunakan untuk melakukan penilaian pribadi, yaitu kemampuan dan kemauan daripada saksi untuk memberikan kesaksian yang dapat diandalkan, yang ditentukan oleh sejumlah faktor didalam personalitas dan situasi sosial, yang kadang disebut “unsur pribadinya” (personal equation).
- Kritik intern menggunakan aturan-aturan umum, Dimana seorang sejarawan adalah penuntut , pembela, hakim, dan juri menjadi satu. Dan sebagai hakim ia tidak mengesampingkan bukti apapun asal relevan. Kesaksian yang kredibel harus lulus empat ujian. Dan yang merupakan subyek pemeriksaan adalah saksi primer dan detailnya, bukan seluruh sumber sebagai keseluruhan.
- Kritik intern digunakan untuk menganalisis kemampuan untuk menyatakan kebenaran.
Mengajar teknik-teknik sejarah yang disampaikan oleh Louis Gatschalk
Alasan seseorang untuk mempelajari sejarah yaitu adanya rasa ingintahu yang iseng mengenai masa lampau keluarga kita atau tempat tinggal kita, hasrat untuk menerangkan kepada diri sendiri asal-usul budaya kita, suatu minat patriotik kepada asal-usul negeri kita, kehendak untuk mengerti latarbelakang sosial dan suasana intelektuil ataupun untuk chercher la femme (atau I’homme) seorang pengarang, seniman, ilmiawan atau pemimpin besar yang karyanya telah menimbulkan rasa kagum.
Untuk mempelajari metode sejarah, seorang mahasiswa lebih baik didorong oleh minatnya sendiri daripada didorong oleh minat dosennya. Namun, dimana pilihan dapat dilakukan, sang dosen sebaiknya mendorong kearah alasan yang mendalam dan langsung daripada alasan yang dangkal dan sementara. Seorang pemula cenderung untuk menggambarkan bahwa penelitian sejarah terdiri atas seleksi bahan-bahan dari berbagai buku atau artikel dan penyusunan kembali menjadi buku atau artikel yang lain. Teknik-teknik sejarah juga membantu seorang mahasiswa dalam memilih subyek, karena untuk keperluan mengajarkan metode sejarah, maka semakin pasti dan konkrit sesuatu subyek, semakin baik.
Seorang mahasiswa harus menyimpan didalam kepalanya sendiri bibliografi, dan dosen sebaiknya membantunya dengan meminta sesuatu daftar bibiliografi secara tertulis. Disamping itu mahasiswa harus memperkembangkan beberapa kebiasaan referensi lain. Salah satu diantaranya adalah untuk minta bantuan staf perpustakaannya. Seorang mahasiswa harus bisa membuat hipotesis, menggunakan kata yang tepat dan ungkapan yang akurat, mengedit sebuah dokumen, dan lain-lain.
KOMENTAR
Menurut saya, teknik atau langkah-langkah yang disampaikan Louis Gottschalk diatas sudah sangat bagus, karena seorang mahasiswa perlu dorongan untuk menimbulkan rasa keingintahuannya, karena pada saat ini banyak mahasiswa yang hanya memperhatikan apa yang diberikan oleh dosen saja, namun mereka tidak mempunyai rasa keingintahuan akan hal yang diberikan oleh dosen tersebut, sehingga mahasiswa akan lebih termotivasi dan terdorong lagi untuk mempelajari sejarah. Dan langkah-langkah tersebut diatas sangat membantu mahasiswa apabila mereka ingin membuat suatu laporan penelitian sejarah yang baik dan terstruktur, apabila mahasiswa menjadikan teknik tersebut sebagai rambu-rambu dalam tulisannya, tanpa melewati salah satu langkah yang telah ditentukan.
Cara yang paling baik bagi sejarawan untuk memberi sumbangan pada usaha mengerti masyarakatdan hubungannya dengan generalisasi sosial ( hal 184 )
Salah satu diantara cara-cara yang paling bagi sejarawan untuk memberikan sumbangan kepada usaha mengerti masyarakat, adalah dengan jalan menemukan kontradiksi-kontradiksi dan perkecualian-perkecualian dalam generalisai-generalisai ilmu sosial. Seorang generalisator mudah mudah beranggapan bahwa perkecualian-perkecualian malahan membuktikan kebenaran dalilnya. Tapi kadang-kadang perkecualian merupakan satu-satunya jalan dari suatu jalan buntu logika. Karena beberapa pengertian ilmu sosial didasarkan atas contoh-contoh sejarah yang dipilih oleh sejarawan (atau oleh sarjana ilmu sosial sebagai sejarawan), hanya karena ia berminat kepada pengertian itu atau dipengaruhi olehnya. Contohnya: peristiwa Pada masa orde baru. Pemerintahan Soeharto yang terkenal makmur menimbulkan pro-kontra. Sebagai masyarakat Indonesia mayoritas masyarakat akan membuat situasi sosial yang positif dan negatif. Sebagai contoh negative yaitu kontrofersi supersemar. Dan dalam hal ini, sejarawan menjadi lebih berguna, yang berusaha mengerti masyarakat. Sejarawan tidak hanya sebagai pencari data bagi ilmuan sosial, tetapi juga melakukan pengecekan terhadap validitas daripada pengertian atau konsep ilmu sosial bagi masyarakat.
INTISARI METODE SEJARAH
Intisari metode sejarah merupakan suatu kerangka berfikir atau prosedur yang dirumuskan menggunakan suatu metode ilmiah dalam penelitian. Dalam penelitian sejarah ada metode penelitian yang digunakan yakni menggunakan metode yang sudah dijelaskan diatas, langkah-langkah metode sejarah, sbb:
a) Heuristik, yaitu proses mencari dan menemukan sumber-sumber yang diperlukan.
b) Kritik, terhadap sumber terdiri dari kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern pengujian terhadap otentikitas, asli, turunan, relevan tidaknya suatu sumber. Sedangkan kritik intern yaitu pengujian terhadap isi atau kandungan sumber. Tujuan kritik untuk menyeleksi data menjadi fakta.
c) Interpretasi, atau penafsiran. Pada tahap interpretasi sejarawan mencari saling hubung antar berbagai fakta yang telah ditemukan, kemudian menafsirkannya.
d) Historiografi, yaitu tahap penulisan sejarah. Pada tahap ini rangkaian fakta yang telah ditafsirkan disajikan secara tertulis sebagai kisah atau ceritera sejarah.
PROPOSAL PENELITIAN
KONTRIBUSI LANDBOUWSCHOOL (SEKOLAH PERTANIAN) DI JAWA BARAT TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL – EKONOMI
MASYARAKAT 1903-1920
A. Latar Belakang
Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial di Hindia Belanda bergantung pada keadaan politik di Negeri Belanda sebagai Negeri Induk. Pada tahun 1850 golongan liberal memegang peranan penting dan mendominasi kehidupan dalam percaturan politik di Negeri Belanda, hal itu berdampak pada perubahan kebijakan politik dan ekonomi di Hindia Belanda.[1] Golongan Liberal menuntut diterapkannya azas-azas Liberalisme di Negeri jajahan Hindia Belanda. Penderitaan rakyat akibat penerapan cultuurstelseel dari tahun 1830 mendapat banyak kecaman terutama dari kaum Liberal.
Pada tahun 1854 pemerintah kolonial Hindia-Belanda mengeluarkan peraturan hukum yang tertuang dalam artikel 109 Peraturan Pemerintah (Regerings Reglemeent), berisi tentang pembagian golongan masyarakat secara hukum Hindia-Belanda.[2] Peraturan itu membagi penduduk di Hindia Belanda dalam tiga kategori pokok, yaitu: Golongan Eropa dan mereka yang dipersamakan kedudukannya dengan Golongan Eropa (met europanen gelijkgestelden), Golongan Timur Asing (vreemde oosterlingen) dan Golongan Pribumi (inlander).[3] Pendiskriminasian golongan terjadi juga pada pendidikan, pemerintah melakukan pembatasan golongan bagi anak-anak yang akan mengikuti pendidikan barat. Golongan Eropa berhak memperoleh pendidikan tanpa dibatasi oleh status sosial mereka, sedangkan dari pribumi yang berhak sekolah adalah priyayi atau yang bekerja untuk pemerintah, dan bagi pribumi rendah tidak dapat memasuki sekolah-sekolah Eropa.
Dari sudut pandang yang berbeda selain motif menyediakan tenaga kerja yang terampil, pendidikan digunakan sebagai jalan untuk membentuk kelompok masyarakat baru yang intelektual dan berguna untuk membantu pemerintah Kolonial Hindia-Belanda.[4] Pada masa Politik Liberal kebijakan dalam bidang pendidikan/pengajaran juga mengalami perubahan. Pada masa itu politik pengajaran Liberal membawa pengaruh terhadap:
1. Perluasan pengajaran bumi putra tidak terikat lagi oleh anggaran Belanda yang sebesar f 25.000 seperti diterapkan oleh putusan pemerintah tahun1848.
2. Kesempatan kini terbuka bagi anak-anak Indonesia dan Cina untuk memasuki sekolah-sekolah Belanda.
3. Semua jabatan-jabatan negeri terbuka bagi tiap-tiap orang dengan tidak memperhatikan keturunan dan bangsa asal memenuhi syarat.[5]
Pribumi yang telah terdidik nantinya akan digunakan untuk mengisi kekurangan tenaga pegawai pada perusahaan-perusahaan industri dan perdagangan swasta yang erat hubungannya dengan pemerintah kolonial. Sekolah-sekolah yang ada diorganisir menurut umur dan tingkatan sekolah berdasarkan batas perkembangan tertentu sesuai kepentingan pemerintah. Oleh karena itu meskipun sistem organisasi yang diperkenalkan sama dengan yang ada di Negeri Belanda namun bobot kurikulumnya berbeda, seperti mata pelajaran sejarah dan geografi yang sengaja tidak diberikan. Pemerintah menganggap hal itu akan menggugah identitas lokal dan membahayakan karena dapat menggugah kesadaran berbangsa.[6]
Dari segi ekonomi, kemiskinan Pribumi di Hindia Belanda sebagai akibat pelaksanaan tanam paksa berdampak pada ketidakmampuan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan hidup. Hal itu berdampak pada penurunan daya beli terhadap barang-barang dari Eropa, bertolak belakang dengan perindustrian di Negeri Belanda dan Eropa yang berkembang dengan pesat pada akhir 1900. Peranan Hindia Belanda sebagai sumber bahan-bahan industri di Eropa selain juga merupakan tempat pemasaran produk-produk Eropa. Penurunan daya beli masyarakat akibat kemiskinan menjadikan pemasukan para importir menjadi devisit.
Dalam rangka mencegah kebangkrutan para importir yang nantinya berujung pada penurunan permintaan barang, pemerintah memberlakukan kebijakan Politik Etis di Hindia Belanda. Penerapan Politik Etis yang diresmikan pemerintah pada tahun 1901 membawa pengaruh yang besar dalam segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Ide Politik Etis yang dicetuskan oleh Van Deventer berjudul “Een Eereschuld” (Hutang Kehormatan) tahun 1889 memiliki tujuan “Memberi kebahagiaan dan kemakmuran kepada bangsa Indonesia dengan menyelenggarakan pendidikan (education), pengairan (irigasi) dan perpindahan (emigrasi).”[7]
Kebijakan Politik Etis meliputi aspek material seperti pembangunan sarana irigasi, pembangunan infrastruktur, emigrasi dan pembangunan kesehatan masyarakat. Sedangkan aspek non material berupa pengenalan pendidikan model barat terhadap rakyat Pribumi.[8] Meskipun dalam teorinya Politik Etis baik, yakni untuk kepentingan rakyat Indonesia, namun dalam prakteknya banyak menguntungkan pemerintah kolonial dan penguasa swasta.[9] Kebijakan Politik Etis tidak bermaksud untuk memberikan kemerdekaan kepada rakyat negeri jajahan penduduk pribumi pada kemajuan melainkan bertumpu pada kebutuhan kolonial.
Pemerintah menganggap tugas pokok di lapangan pendidikan berdasarkan konsep Politik Etis adalah memberi pengajaran kepada bangsa Indonesia, tentunya pengajaran ini bersifat rendah dan disesuaikan dengan kebutuhan Pemerintah.[10] Dalam rangka memperbaiki pengajaran rendah bagi Bumi Putera maka pada tahun 1907 diambil tindakan yaitu mendirikan sekolah desa bagi anak-anak rakyat jelata, sekolah kelas II bagi anak-anak yang telah mengenal unsur-unsur budaya barat, dan sekolah kelas I yang diperuntukkan bagi anak-anak priyayi dan kaum terkemuka. Tahun 1870 diterapkan Politik Pintu Terbuka yang menyebabkan banyak bermunculan perusahaan-perusahaan Eropa di Hindia Belanda. Banyak tenaga kerja baik dari Eropa. Penerapan Undang-Undang Agraria pada tahun 1870 yang memberikan hak pada pengusaha asing untuk menyewa tanah menjadikan Indonesia yang kaya dikeruk oleh kaum imperialis-kapitalis terus-menerus terutama di bidang perkebunan dan pertambangan.
Undang-Undang Agraria yang dikeluarkan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1870 secara tidak langsung berpengaruh terhadap penyelenggaraan sekolah. Salah satu pokok pikiran Undang-Undanng Agraria adalah memberikan kebebasan bagi pengusaha swasta untuk menyewa tanah di Hindia Belanda dalam waktu tertentu. Kebebasan ini tentunya menarik minat pemilik modal untuk melakukan investasi di Hindia Belanda. Pengusaha banyak yang menanamkan modal bergerak di bidang perkebunan dan pertambangan. Pasaran perdagangan pengusaha Eropa adalah internasional tentunya komoditi dari Hindia Belanda dibawa sampai ke luar negeri. Tenaga-tenaga terampil dan terdidik sangatlah penting untuk menjalankan aktifitas ekonomi sehingga tenaga-tenaga ahli dari Eropa didatangkan dengan biaya yang mahal.
Keterbatasan tenaga kerja terdidik dan terampil menjadikan para pengusaha menuntut agar pemerintah mendirikan sekolah sesuai kebutuhan pengusaha. Landbouwschool (Sekolah Pertanian) merupakan bentuk pendidikan kejuruan yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda di bidang pertanian dan perkebunan. Landbouwschool (Sekolah Pertanian) diberikan di daerah tertentu dalam jumlah yang terbatas yaitu di Bogor dan Malang.
Secara geografis, Bogor merupakan simpul perdagangan pangan untuk mendukung wilayah Batavia sebagai pusat pemerintahan, industri, dan perdagangan. Sedangkan secara agreokosistem, kawasan Bogor dengan curah hujan yang tinggi, didukung oleh iklim sejuk dan lahan yang bersifat vulkanik dan subur adalah berpotensi untuk dikembangkan berbagai jenis tanaman. Baik tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan/perikanan sebagai komplemen dari sistem pengembangan pertanian. Dan yang lebih penting adalah secara sosial budaya masyarakat Bogor sangat familiar dengan budaya tani, religius dan egaliter (terbuka) baik antar masyarakat setempat maupun dengan masyarakat pendatang. Berdasarkan landasan idiil Politik Etis[11] didirikan sekolah kejuruan.
Tujuan dari Landbouwschool (Sekolah Pertanian) adalah untuk pemenuhan tenaga kerja terdidik yang dapat dibayar dengan gaji rendah. Berdasarkan prinsip ekonomi, perlunya pengusaha mempekerjakan penduduk Hindia Belanda daripada mendatangkan pekerja Eropa untuk menekan Biaya sehingga memperkecil pengeluaran.
Peneliti mengangkat judul Landbouwschool (Sekolah Pertanian) di Bogor tahun 1903-1920, karena sebagai bentuk pelaksanaan Politik Etis jumlah Landbouwschool (Sekolah Pertanian) terbatas di beberapa kota di Hindia Belanda yaitu di Bogor dan Malang, yang dikenal sebagai kota perkebunan. Kota-kota ini memiliki sentral perkebunan yang bervariasi. Selain itu bahasan mengenai Landbouwschool (Sekolah Pertanian) belum ada yang menulis padahal sumber-sumber primernya memiliki jumlah yang relatif banyak.
B. Batasan Masalah
Peneliti mengenai kontribusi Landbouwschool (sekolah pertanian) di jawa barat terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi masyarakat secara temporal dimulai tahun1903, dengan alasan pada tahun 1903 merupakan tahunn pertama secara hukum pemerintah mengeluarkan aturan mengenai pengajaran pertanian sebagai bentuk pemenuhan tenaga terdidik sesuai pelaksanaan Politik Pintu Terbuka dan berakhir tahun 1920 dengan alasan sekolah pertanian mengalami kemunduran karena terjadinya krisis ekonomi.
C. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan kajian mengenai kontribusi Landbouwschool (sekolah pertanian) di Jawa Barat terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi masyarakat 1903-1920, rumusan masalahnya adalah:
1. Mengapa muncul Landbouwoschool tahun 1903-1920 ?
2. Bagaimana pelaksanaan Landbouwschool tahun 1903-1920 ?
3. Bagaimana kontribusi Landbouwschool terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi masyarakat di Jawa Barat ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian kontribusi Landbouwschool (sekolah pertanian) di Jawa Barat terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi masyarakat 1903-1920 bertujuan untuk:
1. Menjelaskan latar belakang munculnya Landbouwschool tahun 1903-1920.
2. Mendiskripsikan pelaksanaan Landbouwschool tahun 1903-1920.
3. Menjelaskan kontribusi Landbouwschool terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi Masyarakat di Jawa Barat.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Menjadi salah satu referensi dalam menambah informasi yang sangat berguna bagi lembaga dalam menambah wawasan mengenai sejarah perkembangan pendidikan dan sistem pendidikan di Jawa Barat pada masa kolonial tahun 1903-1920, khususnya mengenai kontribusi Landbouwschool terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi Masyarakat, yang merupakan bagian dari kajian ilmu sejarah pendidikan Indonesia.
F. Kajian Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan acuan sebagai kajian pustaka terutama dari karya I Djumhur tentang Sejarah Pendidikan . Dalam paparan tersebut antara lain mengemukakan tentang ide Politik Etis yang dicetuskan oleh Van Deventer berjudul “Een Eereschuld” (Hutang Kehormatan) tahun 1889.
Agus Trilaksana dalam tulisannya “Pendidikan pada Masa Pemerintahan Kolonial” dalam jurnal pendidikan sej vol 2 no.2 mengemukakan tentang aspek-aspek kebijakan politik.
Dennys Lombard menulis tentang kolonial Hindia-Belanda mengeluarkan peraturan hukum yang tertuang dalam artikel 109 Peraturan Pemerintah (Regerings Reglemeent), berisi tentang pembagian golongan masyarakat secara hukum Hindia-Belanda.
Buku dari BP3K yang berjudul “Pendidikan Di Indonesia dari Jaman ke jaman” berisi tentang landasan Idiil PolitikEtis.
Dari kajian pustaka tersebut diatas penulis ingin mengungkapkan kontribusi landbouwschool (sekolah pertanian) di jawa barat terhadap perkembangan sosial – ekonomi masyarakat 1903-1920. Dengan mendapatkan data sebagai sumber bahan penulisan dan untuk melengkapi sumber-sumber Arsip yang ada. karena keterbatasan keilmuan penulis dalam menelaah sumber.
G. Metode Penelitian
Dalam masalah penelitian kontribusi landbouwschool (sekolah pertanian) di jawa barat terhadap perkembangan sosial – ekonomi masyarakat 1903-1920, peneliti secara implisit dan eksplisit menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dengan merekonstruksi berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses historiografi[12].
Sejarah sebagaimana ilmu-ilmu lain juga memeiliki seperangkat aturan dan prosedur kerja yang disebut metode sejarah.[13] Metode sejarah merupakan alat, piranti atau prosedur yang digunakan sejarawan dalam tugas meneliti sejarah. Louis Gottschalk mengemukakan bahwa metode sejarah sebagai suatu proses pengujian dan analisis sumber atau laporan dari masa lampau secara kritis.[14]
Metode sejarah setidaknya mempunyai empat unsur yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.[15]
G.1 Heuristik
Adalah metode atau tahapan yang digunakan dalam penulisan sejarah dengan mengumpulkan sumber yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti). Pada tahapan ini sangat penting sekali karena akan menetukan keabsahan dan Validitas hasil tulisan nantinya.
Heuristik merupakan proses mencari dan menemukan sumber- sumber yang diperlukan. Usaha mengumpulkan sumber penulis lakukan melaui study kepustakaan di Perpustakaan Universitas negeri Surabaya, Perpustakaan daerah Surabaya, dan toko-toko buku. Sedangkan penelusuran Rsip dilakukan di perpustakaan Nasional Indonesia dan Arsip Jagir untuk mencari data secara selektif dan relevan dengan permasalahan yang ada. Pada tahap heuristik ini penelusuran dilakukan melalui sumber Arsip, buku dan data-data sezaman.
Usaha Penelusuran sumber penulis lakukan melalui study kepustakaan dan penelusuran Arsip tentang Landbouwschool dan terbitan sezaman yang merupakan sumber primer yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dan Arsip Jagir untuk diambil data secara selektif dan relevan dengan permasalahan yang ada. Beberapa sumber yang di cari antara lain :
a) T. J. Bezemer. Ensyklopedi Van Nederlandsche-Indie. 1921. Yang berisi pemerintah Belanda telah membuat keputusan untuk mendirikan Landbouwschool (Sekolah Pertanian) dan beberapa kursus pertanian yang akan diberikan kepada Pribumi, untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi Eropa.
b) Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1915-1916 Aanvangende 23 Agustus 1915 Drukkerij Dep. V. L. N. H. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.
c) Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1916-1917 Aanvangende 07 Agustus 1916 Drukkerij Dep. V. L. N. H. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.
d) Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1917-1918 Aanvangende 30 Juli 1917. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.
e) Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1919-1920 Aanvangende 07 Juli 1919 Drukkerij G. Kolff f co.-Batavia. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.
f) Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1920-1921 Aanvangende 05 Juli 1920 Drukkerij Dep. V. L. N. H. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.
G.2 Verifikasi ( kritik sumber)
Setelah melakukan pengumpulan data, tahap berikutnya adalah verikasi atau lazim disebut dengan kritik untuk memperoleh keabsahan sumber.[16] Dalam hal ini diuji keabsahan dan keaslian sumber (otentik) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan kredibilitas sumber ditelusuri dengan kritik intern.[17] Dalam penelitian ini penekanan lebih banyak diberikan pada studi literatur yang mengutamakan isi sumber berdasarkan kredibilitasnya. Antara sumber primer dan sekunder diadakan perbandingan sehingga dapat saling melengkapi.
G.3 Interpretasi
Interpretasi sering disebut juga dengan istilah penafsiran sejarah atau analisis sejarah. Analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah. Interpretasi dapat dilakukan dengan membandingkan data-data yang diperoleh guna menyingkap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang sama. Setelah data terkumpul lalu data disimpulakan untuk kemudian dibuat penafsiran keterkaitan antara sumber yang diperoleh.
G.4 Historiografi
Historiografi merupakan kegiatan akhir dalam proses penulisan ini. Pada langkah ini fakta- fakta disususn secara sistematis dalam suatu sintesa yang komparatif, kausalitas dan kronologis sehingga tersususn sebuah skripsi Pengkajian sejarah disamping menggunakan empat tahap metode tersebut juga menggunakan pendekatan interdisipliner (ilmu bantu) yaitu antropologi dan sosiologi.
Sudut pandang antropologi memandang bahwa segi- segi moral, estetis serta unsur- unsur evaluatif suatu bangsa adalah etos. Etos suatu bangsa merupakan sifat, watak, kualitas, gaya estetis dan suasana hati.[18] Etos adalah sikap mendasar terhadap diri setiap pribadi dan tehadap dunia yang direfleksikan dalam kehidupan. Moral atau sikap- sikap seseorang tidak lepas dari nilai- nilai sosial dan budaya.
Perspektif sosiologi diperlukan untuk mengetahui siapa orang Barat, Timur Asing dan Pribumi di Jawa Barat. Melalui pandangan ini bangunan struktur sosial yang salah satu komponenennya adalah masyarakat.
H. Sistematika
Sistematika penulisan pada pada penelitian ini terbagi dalam beberapa bagian yang tersusun dalam lima bab. Bab I berisi tentang pendahuluan, dalam bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II membahas mengenai keadaan kota Bogor yang akan meliputi keadaan geografis penduduk, ekonomi, sosial, dan keadaan umum pendidikan Bogor.
Bab III membahas mengenai munculnya Landbouwschool dan bentuk-bentuknya, pelaksanaan kurikulum Landbouwschool meliputi mata pelajaran, persyaratan penerimaan murid, tingkatan kelas, ujian, lulusan, dan aturan-aturan sekolah lain, serta pengaruhnya bagi masyarakat di Bogor.
Bab IV menjelaskan kontribusi Landbouwschool terhadap perkembangan sosial-ekonomi masyarakat Jawa Barat.
Bab V penutup berisi kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang berasal dari beberapa pembahasan yang dipaparkan. Selain itu dicantumkan pula saran yang berisi masukan untuk menjadikan tulisan menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER PRIMER :
T. J. Bezemer. Ensyklopedi Van Nederlandsche-Indie. 1921.
Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1915-1916 Aanvangende 23 Agustus 1915 Drukkerij Dep. V. L. N. H.
Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1916-1917 Aanvangende 07 Agustus 1916 Drukkerij Dep. V. L. N. H.
Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1917-1918 Aanvangende 30 Juli 1917.
Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1919-1920 Aanvangende 07 Juli 1919 Drukkerij G. Kolff f co.-Batavia.
Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1920-1921 Aanvangende 05 Juli 1920 Drukkerij Dep. V. L. N. H.
SUMBER SEKUNDER :
Djumhur, I dan Danasuparta . 1959. Sejarah Pendidikan . Bandung : CV Ilmu Bandung.
Agus Trilaksana. 2004. “Pendidikan pada Masa Pemerintah Kolonial Belanda dan Distribusi Ilmu Pengetahuan”. Dalam Jurnal Pendidikan Sejarah vol 2 no.2 September 2004. Surabaya: Jurusan Sejarah FIS Unesa.
Dennys Lombard. 2000. Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1979. Pendidikan di Indonesia dari jaman ke jaman.BP3K.
[1] Sejak kemenangan golongan Liberal berbagai kebijakan seperti penghapusan Cultuurstelsel, dikeluarkannya Undang-undang Agraria (agrariswet) dan Undang-undang Gula (suikerwet) yang sebenarnya bukan untuk perbaikan nasib rakyat tapi untuk kepentingan kaum modal swasta Belanda.
[2] Dennys Lombard. 2000. Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 82
[3] I. Djumhur. 1979. Sejarah Pendidikan. Bandung : CV Ilmu Bandung. Hlm. 131
[4] Pada masa tanam paksa pemerintah memfungsikan orang-orang yang memiliki pendidikan dan status sosial seperti kepala desa sebagai pengawas, meskipun tanam paksa dihapus orang-orang tetap difungsikan sebagai penggerak masyarakat rendah.
[5] I. Djumhur, Op. Cit. Hlm. 127
[6] Agus Trilaksana. 2004.”Pendidikan pada Masa Pemerintah Kolonial Belanda dan Distribusi Ilmu Pengetahuan”. Dalam Jurnal Pendidikan Sejarah vol 2 no.2 September 2004. Surabaya: Jurusan Sejarah FIS Unesa. Hlm. 8
[9] Hal itu terlihat dari banyaknya diskriminasi peluang bagi golongan Pribumi, golongan yang diaanggap bermanfaat seperti priyayi atau yang bekerja untuk pemerintah diberikan kesempatan, sedangkan bagi rakyat biasa hanya boleh bersekolah di kelas rendah. Djumhur. Ibid
[10] I. Djumhur. Op. Cit, Hlm. 135
[11] Pokok-pokok pikiran: 1.pendidikan dan pengetahuan barat diterapkan sebanyak mungkin bagi golongan penduduk Bumi Putera. Untuk itu bahsa Belanda diharapkan dapat menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah. 2. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan Bumi Putera disesuiakan dengan kebutuhan mereka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1979. Pendidikan di Indonesia dari jaman ke jaman.BP3K. Hlm. 63
[12] Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (terjemahan) Nugroho Notosusanto, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985), hal. 32,
[15] Op. Cit,. hal. 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar