Senin, 02 Januari 2012

Girlband Angel Girls' to SAG (Smile Angel GIrls')

Banyaknya boy n girlband yang bermunculan, membuat persaingan semakin ketat. K-POP masih jadi kiblat tuk BGB di Indonesia. Kompetisi dance n singing cover juga menjadi semakin semarak dengan banyaknya peserta yang ikut dan penonton yang memberikan support. K-POP memang merajai pasaran musik dunia, pesona SNSD, Super Junior, U-KISS, 2PM, MBLAQ, Infinite, F(X) dkk mampu membius para K-POP 
Lovers.
 Girlband lokal juga tidak mau kalah bersaing lho. salah satunya Angel Girls' ato AG yang memiliki fans bernama SAG (Smile Angel Girls') termasuk aq fans mereka...ha..ha..ha... cos kehidupan para membernya sederhana, gokil, humoris n friendly. Yukss qt intip profil mrk.

Nama Asli                   : Yuyun Inarwati
Arti Nama                   : Anak perempuan pemberi sinar
Spesial                         : Leader Group
Nama Panggung          : Zhun Dreffir
Nama di Angel Girls’  : Zhun AG, Unnie Leader, Yui Lead.
Nama Korea              : Hwang Hyun Rin
Tempat, tgl lahir          : Jombang, 09 September 1988
Gol. Darah                  : AB
Tinggi Badan              : 150 cm
Berat Badan                : 40 kg
Bahasa                         : Indonesia, Inggris, Jepang
Posisi                           : Leader dance 1, Rapper
Nomor Favorit            : 09
Hobby                         : Mengarang dan ngedance
Penyanyi Favorit         : Avril Lavigne
Girlband Favorit         : So Nyu Shi Dae (Girls’ Generation), F(X), 4minute
Boyband Favorit         : Super Junior, MBLAQ, Infinite, CN-BLUE
Warna Favorit             : Biru

Fakta-fakta tentang Zhun Dreffir

  1. Zhun memberi nama fans-nya dg nama Saydreff (Sayang Yun Dreffir), dan nama fans-nya di Angel Girls’ adalah SAG Zhun forever yang artinya Smile Angel Girls’ Zhun Selamanya.
  2. Zhun membuat sebuah Blogger dengan nama http://zhun-saydreff.blogspot.com/ sebagai bukti kalau dia menyayangi fans-nya. Info di blog itu ditulis sendiri olehnya yang memang mencerminkan kepribadian dan kegemarannya akan K-POP.
  3. Anak ke-4 dari 4 bersaudara.
  4. Memiliki kakak perempuan yang mirip dengannya.
  5. Sebenarnya tidak bisa berenang (pernah belajar renang, namun malah 2X tenggelam dikolam renang).
  6. Memiliki pobia terhadap ulat.
  7. Trauma dengan gelombang air pasang.
  8. Suka sekali dengan Kucing. Dulu pernah memelihara 3 kucing. Namun mati semua karena kucingnya sakit.
  9. Kakak laki-lakinya (saudaranya yang nomor 2) bilang ”zhun itu memanjakan kucingnya lebih dari dirinya sendiri. Kucingnya saja minum susu, makan ikan yang enak-enak. Terus kalau kucingnya tidur, disediakan tempat yang empuk.”
  10. Suatu hari kucingnya yang bernama Blacky ditemukan sudah dikubur oleh ayahnya, zhun langsung menangis disekolah dan bilang ke teman-temannya ”blacky mati.” Temannya malah tertawa saat melihatnya menangis.
  11. Meskipun menjadi member yang tertua di Girlband Angel Girls’, tingkahnya terkadang seperti anak yang baru lulus SMA.
  12. Waktu performe di acara dance cover party, Zhun memerankan karakter Sunny SNSD (dance lagu The Boys). Waktu selesai performe, dia malah tampak kecewa. “Aku merasa tidak bisa memerankan peran dengan baik, karena begitu aku selesai perform, para SONE, ELF dkk bilang kalau penampilanku mirip Taeyeon. Padahal style rambutku sudah aku miripkan dengan Tiffany. Dan gerakanku adalah gerakan Sunny, bukan Taeyeon…!!! Setidaknya aku masih bersyukur karena itu bukti mereka sangat menyayangi SNSD, I Love SNSD.” Tambahnya sambil tersenyum.
  13. Vie pernah bilang kalau gaya pakaian Zhun lebih mirip Taeyeon daripada Tiffany. ”Mianhe Tiffany Unnie.” Katanya dengan ekspresi wajah lucu (Zhun adalah Fanytastic). Dan itu membuat Vie menggebuh-gebuh untuk berfoto bareng dengannya...ha...ha...ha...
  14. Senang bercanda, iseng.
  15. Member Angel Girls’ yang serba palingPaling pendek, paling tua, paling dewasa, paling beda urusan kostum, paling tidak suka durian, juga paling ribet jika disuruh pakai hight heel.”
  16. Sangat optimis, ambisius, dan mudah akrab.
  17. Mempunyai banyak nama julukan: Gembel, SuYun, Yui (Yuyun Inarwati), Zhun, Mas, Sariyun, Say-Ur (sekilas seperti sayur), si ganteng, Boyis, 2 karakter, Yeyen.
  18. Nama SuYun adalah singkatan dari Suwi (kakak ke-3 Zhun) & Yuyun, karena ibunya sering kesusahan mengeja namanya, maka jadi sering salah panggil SuYun. (Wah...wah... yang kasih nama malah sering salah panggil).
  19. Waktu SD pernah ngambek di sekolah hanya karena gurunya tidak bisa membedakan wajahnya dengan wajah temannya. Maka gurunya salah memanggilnya dengan nama Iin yang adalah nama temannya (Tuh guru tidak sadar kali ya?)
  20. Pribadi yang boyis (tomboy) dan Femi. Suatu ketika dia suka dengan style baju cowok dan Juga bisa jadi cewek yang cukup feminim.
  21. Pernah memarahi petugas SIM karena salah mengetik namanya (harusnya Yuyun Inarwati tapi ditulis Yuyun Indarwati).
  22. Nama Zhun Dreffir adalah singkatan namanya (yuyun jadi yun à zhun & Dreffir adalah nama tokoh di novel karangannya).
  23. Mengidolakan Tiffany Hwang (SNSD), Emma Watson, dan Avril Lavigne.
  24. Jika ditanya tentang penyanyi favorit Indonesia, maka dia memilih Agnes Monica. Alasannya karena Agnes itu keren, perfect dan jago dance (bener banget tuh).
  25. Memiliki kebiasaan berdiri dengan tangan kiri ditaruh dipinggang, sampai suatu hari membeli baju di salah satu departemen store ternama di Surabaya, Pink Ana (Angel Girls’) mengingatkannya untuk tidak membiasakan menaruh tangannya di pinggang.
  26. Memiliki selera style yang ”berbeda” sering membuat SPG Departemen Store kebingungan karena baju yang diinginkannya sering ”Limited Edition.” Serta ukuran High Heel-nya susah pas dengan kakinya yang kecil mungil, ukuran sepatunya adalah nomor 36 - 37.
  27. Ingin pergi ke Korea hanya karena  ingin bertemu Tiffany SNSD secara eksklusif.
  28. Tidak suka memakai baju yang disamai orang. Pernah waktu kuliah tahun 2010, zhun memakai kemeja biru bergaris hitam yang mirip dengan kemeja temannya, hanya beda warna, setelah itu dia tidak mau memakai baju itu lagi untuk pergi ke kampus.
  29. Pernah kepergok ”melongoh /bengong” waktu melihat video SNSD the Boys. “Sebab SNSD itu keren banget lho, SNSD selalu tampil perfect dan rendah hati,” Katanya.
  30. Pernah iseng mengamen, tahun 2008. Dia memainkan gendang waktu mengamen dan menyanyikan lagu “Kehadiranmu” versi dangdut. Lagu itu kemudian dijadikan lagu kenangannya dengan teman-temannya di Genk Kontrakan. 


Nama Asli                   : Andriana V. Citra
Posisi, Spesial              : Lead Vocal 1
Nama Panggung         : Pink Ana, Mianhe, Citra, Ana
Nama di Angel Girls’  : Pink Ana
Nama Korea              : Choi Hyeyeon
Tempat, tgl lahir          : Ponorogo, 02 Juni 1989
Gol. Darah                  : AB
Tinggi Badan              : 161 cm
Berat Badan                : 44 kg
Bahasa                         : Indonesia, Inggris, Korea
Hobby                         : Nyanyi K-POP
Warna Favorit             : Pink
Nomor Favorit           : 02
Girlband Favorit         : 2ne1
Boyband Favorit         : Super Junior, Infinite

Fakta-fakta tentang Pink Ana
  1. Anak pertama dari dua bersaudara
  2. Jika bad Mood akan bilang ”Mian, bad Mood.”
  3. Sangat menyukai Ryeowook – Super Junior.
  4. Seorang K-POP sejati, sebulan bisa membeli 3 majalah tentang K-POP yang harganya lumayan mahal.
  5. Friendly dengan orang yang baru dikenal
  6. Paling senang jika bisa membantu teman, pernah mengetikkan novel Zhun sampai selesai.
  7. Bahasa Korea-nya cukup bagus
  8. Sebagai member AG, Pink adalah member ke 2 yang memiliki kesibukan tinggi setelah Zhun yang memang karyawan kantor. Tidak heran kalau Pink sangat jarang bisa ditemui.
  9. Selalu membuat schedul untuk semua kegiatannya
  10. Terbiasa hidup dengan pola yang tersusun rapi
  11. Member AG yang paling dekat dengan Zhun.
  12. Dia akan melakukan protes segera jika menemukan kebijakan yang tidak sesuai dengan dirinya.
  13. Member terkaya di Angel Girls’
  14. Seorang yang pekerja keras demi menggapai impiannya
  15. Waktu datang ke gedung pusat perfilman Usmar Ismail di Jakarta Selatan, Pink dikira seorang artis film pendatang baru. Hal tersebut membuat Zhun tertawa mendengarnya.
  16. Keinginannya kuat dan harus direalisasikan waktu itu juga
  17. Member AG yang paling terbiasa memakai high heel
  18. Penampilannya sering mencerminkan Korea Style
  19. Orang yang cukup royal
  20. Kalau karaoke sering lupa waktu


Nama Asli                   : Vitria Puri
Posisi, Spesial              : Lead Vocal 2, fashionista
Nama Panggung          : Vie Seoh
Nama di Angel Girls’  : Sipit, Hidung Babi
Nama Korea              : Park Hye Gun
Tempat, tgl lahir          : Kediri, 27 April 1990
Gol. Darah                  : B
Tinggi Badan              : 160 cm
Berat Badan                : 41 kg
Bahasa                         : Indonesia, Inggris
Hobby                         : Nyanyi
Penyanyi Favorit         : Seoh Joohyun (Seohyun SNSD)
Girlband Favorit         : So Nyu Shi Dae (Girls’ Generation)
Boyband Favorit         : T-MAX, Super Junior

Fakta-fakta tentang Vie Seoh
  1. Vie pernah sangat manja kepada Zhun. “Vie itu seperti anak SD kalau sedang manja. Karena aku tidak punya adik, ya sudah aku turuti saja keinginannya selama itu aku mampu.” Kata Zhun.
  2. Mudah sekali gugup.
  3. Selalu ingin tampil se-perfect Seohyun SNSD, karena dia fans berat Seohyun.
  4. Kalau sedang kesal, Vie tertangkap dengan ekspresi yang aneh dan lucu.
  5. Vie pernah sangat kesal karena selesai perform dibilang dan diminta foto bareng hanya karena penampilannya mirip Jessica SNSD, ”Unnie Seoh, mian...!!!” katanya karena merasa bersalah dengan mirip Jessica daripada Seohyun...(ha...ha...sabar Unnie, mirip siapapun kan tetap saja cantik).
  6. Agita - Leader D’(S)ELF selalu memanggilnya ”Jessica” ketika bertemu.
  7. Vie bilang kalau Zhun memiliki kebiasaan aneh, “Unnie itu memiliki kebiasaan kidal waktu makan dengan sendok, tapi aku tidak menyadarinya karena aku susah membedakan posisi tangan kanan dan tangan kiri orang yang makan didepanku.”
  8. Vie cukup dekat dengan Arham (member Fresh). “Aham Dongsaeng itu mengingatkanku pada adikku yang jauh dariku, sehingga aku sering kangen dengannya.”
  9. Mudah sekali membuatnya menangis, hampir setiap nyanyi lagu Star, star, star  - SNSD, Vie akan meneteskan airmatanya.
  10. Orang yang cukup perhatian kepada Leadernya yang dianggap kakaknya sendiri.
  11. Member AG yang mudah akrab dengan orang yang baru dikenalnya.
  12. Jika kesal, dia akan bilang ”aduh pusing aku.”
  13. Memiliki kebiasaan makan 4-5 kali sehari dengan porsi jumbo....wow...
  14. Unnie pernah bilang kalau selera makanku seperti Yoona, tapi aku heran kenapa badanku tidak seperti Yoona?” katanya.
  15. Memiliki keinginan melanjutkan S2 di Australia.
  16. Selalu memperhatikan penampilan karena itulah dia disebut fashionable.
  17. Member Angel Girls’ yang paling akrab dengannya adalah Unnie (Zhun Dreffir).
  18. Dia adalah seorang SONE-Seohmates sejati, rela merogoh kocek demi mendapatkan kostum yang mendukung penampilannya dalam memerankan karakter member SNSD.
  19. Nurut dengan orang tua dan pacarnya...(waw bagi para SAG cwok, jangan patah hati ya).
  20. ”Jika diberi kesempatan bertemu semua member SNSD, maka hal yang aku lakukan adalah memeluk mereka. Mungkin yang pertama aku peluk adalah Yoona, karena kesehariannya yang sederhana dan humoris itu yang membuatku suka padanya.”
  21. Vie pernah merasa kesal dengan Maknae D’(S)ELF karena lebih cocok memerankan Seohyun (face dan kebiasaannya) daripada dirinya.
  22. Jika Zhun lebih PD dengan kemampuan dance-nya, maka Vie lebih PD dengan kemampuan aktingnya daripada dance.
  23. Jago berakting sebagai cewek metropolitan yang judes.
  24. Mudah menarik simpati para cowok dengan penampilannya, beberapa kali disukai cowok, dia hanya bilang ”Maaf, saya sudah punya cowok dan saya sangat menyayanginya. Kita berteman saja ya.”


Nama Asli : Asmaul Kholifah
Posisi, Spesial Lead Vocal 2
Nama Panggung Iefa, Asyva
Nama Korea -
Nama di Angel Girls’ : Cempleng
Tempat, tgl lahir : Jombang 1991
Gol. Darah : -
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 42 kg
Bahasa : Indonesia, Inggris
Hobby Nyanyi
Penyanyi Favorit Agnes Monica
Girlband Favorit : 2NE1
Boyband Favorit 2PM

Fakta-fakta tentan Iefa:
1. Seorang mahasiwi UBHARA semester 5
2. Iefa adalah adik sepupu Zhun Dreffir
3. Jika ditanya antara vocal, acting dan dance, maka Iefa akan menjawab lebih PD dengan kualitas Vocalnya.
4. Seorang maknae Angel Girls’ yang pantang menyerah (kuliah sambil bekerja).
5. Anak ke-2 dari 2 bersaudara.
6. Member AG yang paling dekat dengannya adalah Hyun (Nama Korea Zhun Dreffir) yang adalah kakak sepupunya.
7. Merupakan anak kesayanga di keluarganya.
8. Kalau sedang manja, tingkah lakunya kayak anak kecil (anak SMP).
9. Memiliki banyak penggemar cowok yang rata-rata masih ABG.
10. Pribadi yang humoris dan apa adanya (sederhana).
11. Tidak suka jadwal dadakan.
12. Dari kecil, sudah senang menari dan dance (menari India bersama Zhun).
13. Beberapa kali dengan dengan cowok yang akhirnya kandas di jalan.
14. Jika ada waktu luang yang cukup panjang, maka yang dilakukannya adalah Facebook-an.
15. Termasuk member AG yang makannya banyak setelah Vie.


    FOTO ini diambil setelah Angrl Girls' performe tanpa Pink Ana n Iefa




    Jumat, 18 November 2011

    METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH


    UTS METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH
    Nama                   : Eniswatin Khoiriyah
    Nim/Kelas         : 074284209/B
    Jurusan              : Pendidikan Sejarah 2007

    1.       Apa beda antara kritik intern dan ekstern ? Terangkan cara untuk membuktikan keduanya !
    2.      Gambarkan secara singkat mengajar teknik-teknik sejarah yang disampaikan oleh Louis Gatschalk ( Bab VIII ) kemudian komentari langkah tersebut menurut Saudara!
    3.      Bagaimana cara yang paling baik bagi sejarawan untuk memberi sumbangan pada usaha mengerti masyarakat dan hubungannya dengan generalisasi sosial ( hal 184 ). Beri contoh pada kasus Indonesia !
    4.      Coba terangkan intisari metode sejarah setelah itu buatlah proposal penelitian sejarah!

    Perbedaan kritik Ekstern dan Intern dan cara untuk membuktikan keduanya :
    1.)    Kritik Ekstern
    -         Kritik Ekstern digunakan untuk memperoleh keabsahan tentang keaslian sumber (otentitas)
    -         Kritik ekstern digunakan untuk memperbedakan satu tipuan atau suatu misrepresentasi dari sebuah dokumen yang sejati, karena pemalsuan dokumen dalam keseluruhan atau untuk sebagian, meskipun bukan merupakan suatu hal yang biasa, namun cukup sering terjadi, sehingga seorang sejarawan yang cermat harus senantiasa waspada terhadapnya.
    -         Kritik ekstern digunakan untuk usaha menetapkan suatu teks yang akurat yang oleh para ahli filologi disebut “Kritik Teks”, sedangkan didalam studi Injil juga disebut “Kritik Rendah”, sjarawan telah meminjam teknik dari ahli filologi dan kritikus Injil.
    -         Kritik ekstern digunakan untuk mereforasi teks, yaitu dengan cara mengumpulkan beberapa copian teks, untuk kemudian dibandingkan dan dianalisis. Dalam hal ini sejarawan membutuhkan ilmu bantu sejarah, karena pada akhir-akhir ini, ilmiawan sosial seperti ahli pendidikan, anthropologi, psikologi dan sosiologi telah menerbitkan Questionaire, Poll Opinio umum, statistik mengenai penduduk dan perubahan sosial, dsb. Dan kesimpulan yang diperolh dari material semacam itu dan dari apa yang dinamakan “Dokumen Pribadi” atau otobiografi yang dikumpulkan oleh ilmiawan sosial selama ini.
    -         Kritik ekstern digunakan untuk mengidentifikasi pengarang dan tanggal.
    2.)    Kritik intern
    -         Kritik intern digunakan untuk meneliti keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas)
    -         Kritik intern digunakan untuk menganalisis pembuktian kebenaran sebuah fakta sejarah.
    -         Kritik intern menggunakan Hipotesa Interogatif, karena hipotesa ini lebih baik dibandingkan dalam bentuk deklaratif, hipotesa interogatif bersifat tidak mengikat sebelum semua bukti selesai diperiksa. Dan sedikit membantu sejarawan untuk memecahkan suatu masalah karena pertanyaan tersebut langsung menuju ke jawaban.
    -         Kritik intern digunakan untuk melakukan pencarian terhadap detail khusus daripada kesaksian, karena fakta sejarah harus mengandung empat aspek subyek sejarah, yaitu: aspek biografis, aspek geografis, aspek kronologis, dan aspek fungsionil.
    -         Kritik intern digunakan untuk melakukan penilaian pribadi, yaitu kemampuan dan kemauan daripada saksi untuk memberikan kesaksian yang dapat diandalkan, yang ditentukan oleh sejumlah faktor didalam personalitas dan situasi sosial, yang kadang disebut “unsur pribadinya” (personal equation).
    -         Kritik intern menggunakan aturan-aturan umum, Dimana seorang sejarawan  adalah penuntut , pembela, hakim, dan juri menjadi satu. Dan sebagai hakim ia tidak mengesampingkan bukti apapun asal relevan. Kesaksian yang  kredibel harus  lulus empat ujian. Dan yang  merupakan subyek pemeriksaan adalah saksi primer dan detailnya, bukan seluruh sumber sebagai keseluruhan.
    -         Kritik intern digunakan untuk menganalisis kemampuan untuk menyatakan kebenaran.

         Mengajar teknik-teknik sejarah yang disampaikan oleh Louis Gatschalk
    Alasan seseorang untuk mempelajari sejarah yaitu adanya rasa ingintahu yang iseng mengenai masa lampau keluarga kita atau tempat tinggal kita, hasrat untuk menerangkan kepada diri sendiri asal-usul budaya kita, suatu minat patriotik kepada asal-usul negeri kita, kehendak untuk mengerti latarbelakang sosial dan suasana intelektuil ataupun untuk chercher la femme (atau I’homme) seorang pengarang, seniman, ilmiawan atau pemimpin besar yang karyanya telah menimbulkan rasa kagum.
    Untuk mempelajari metode sejarah, seorang mahasiswa lebih baik didorong oleh minatnya sendiri daripada didorong oleh minat dosennya. Namun, dimana pilihan dapat dilakukan, sang dosen sebaiknya mendorong kearah alasan yang mendalam dan langsung daripada alasan yang dangkal dan sementara. Seorang pemula cenderung untuk menggambarkan bahwa penelitian sejarah terdiri atas seleksi bahan-bahan dari berbagai buku atau artikel dan penyusunan kembali menjadi buku atau artikel yang lain. Teknik-teknik sejarah juga membantu seorang mahasiswa dalam memilih subyek, karena untuk keperluan mengajarkan metode sejarah, maka semakin pasti dan konkrit sesuatu subyek, semakin baik.
    Seorang mahasiswa harus menyimpan didalam kepalanya sendiri bibliografi, dan dosen sebaiknya membantunya dengan meminta sesuatu daftar bibiliografi secara tertulis. Disamping itu mahasiswa harus memperkembangkan beberapa kebiasaan referensi lain. Salah satu diantaranya adalah untuk minta bantuan staf perpustakaannya. Seorang mahasiswa harus bisa membuat hipotesis, menggunakan kata yang tepat dan ungkapan yang akurat, mengedit sebuah dokumen, dan lain-lain.
    KOMENTAR
    Menurut saya, teknik atau langkah-langkah yang disampaikan Louis Gottschalk  diatas sudah sangat bagus, karena seorang mahasiswa perlu dorongan untuk menimbulkan rasa keingintahuannya, karena pada saat ini banyak mahasiswa yang hanya memperhatikan apa yang diberikan oleh dosen saja, namun mereka tidak mempunyai rasa keingintahuan akan hal yang diberikan oleh dosen tersebut, sehingga mahasiswa akan lebih termotivasi dan terdorong lagi untuk mempelajari sejarah. Dan langkah-langkah tersebut diatas sangat membantu mahasiswa apabila mereka ingin membuat suatu laporan penelitian sejarah yang baik dan terstruktur, apabila mahasiswa menjadikan teknik tersebut sebagai rambu-rambu dalam tulisannya, tanpa melewati salah satu langkah yang telah ditentukan.

    Cara yang paling baik bagi sejarawan untuk memberi sumbangan pada usaha mengerti masyarakatdan hubungannya dengan generalisasi sosial ( hal 184 )
    Salah satu diantara cara-cara yang paling bagi sejarawan untuk memberikan sumbangan kepada usaha mengerti masyarakat, adalah dengan jalan menemukan kontradiksi-kontradiksi dan perkecualian-perkecualian dalam generalisai-generalisai ilmu sosial. Seorang generalisator mudah mudah beranggapan bahwa perkecualian-perkecualian malahan membuktikan kebenaran dalilnya. Tapi kadang-kadang perkecualian merupakan satu-satunya jalan dari suatu jalan buntu logika. Karena beberapa pengertian ilmu sosial didasarkan atas contoh-contoh sejarah yang dipilih oleh sejarawan (atau oleh sarjana ilmu sosial sebagai sejarawan), hanya karena ia berminat kepada pengertian itu atau dipengaruhi olehnya. Contohnya: peristiwa Pada masa orde baru. Pemerintahan Soeharto yang terkenal makmur menimbulkan pro-kontra. Sebagai masyarakat Indonesia mayoritas masyarakat akan membuat situasi sosial yang positif dan negatif. Sebagai contoh negative yaitu kontrofersi supersemar. Dan dalam hal ini, sejarawan menjadi lebih berguna, yang berusaha mengerti masyarakat. Sejarawan tidak hanya sebagai pencari data bagi ilmuan sosial, tetapi juga melakukan pengecekan terhadap validitas daripada pengertian atau konsep ilmu sosial bagi masyarakat.

    INTISARI METODE SEJARAH
    Intisari metode sejarah merupakan suatu kerangka berfikir atau prosedur yang dirumuskan menggunakan suatu metode ilmiah dalam penelitian. Dalam penelitian sejarah ada metode penelitian yang digunakan yakni menggunakan metode yang sudah dijelaskan diatas, langkah-langkah metode sejarah, sbb:
    a)    Heuristik, yaitu proses mencari dan menemukan sumber-sumber yang diperlukan.
    b)    Kritik, terhadap sumber terdiri dari kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern pengujian terhadap otentikitas, asli, turunan, relevan tidaknya suatu sumber. Sedangkan kritik intern yaitu pengujian terhadap isi atau kandungan sumber. Tujuan kritik untuk menyeleksi data menjadi fakta.
    c)    Interpretasi, atau penafsiran. Pada tahap interpretasi sejarawan mencari saling hubung antar berbagai fakta yang telah ditemukan, kemudian menafsirkannya.
    d)    Historiografi, yaitu tahap penulisan sejarah. Pada tahap ini rangkaian fakta yang telah ditafsirkan disajikan secara tertulis sebagai kisah atau ceritera sejarah.


    PROPOSAL PENELITIAN
    KONTRIBUSI LANDBOUWSCHOOL (SEKOLAH PERTANIAN) DI JAWA BARAT TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL – EKONOMI
    MASYARAKAT 1903-1920
    A.  Latar Belakang
    Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial di Hindia Belanda bergantung pada keadaan politik di Negeri Belanda sebagai Negeri Induk. Pada tahun 1850 golongan liberal memegang peranan penting dan mendominasi kehidupan dalam percaturan politik di Negeri Belanda, hal itu berdampak pada perubahan kebijakan politik dan ekonomi di Hindia Belanda.[1] Golongan Liberal menuntut diterapkannya azas-azas Liberalisme di Negeri jajahan Hindia Belanda. Penderitaan rakyat akibat penerapan cultuurstelseel dari tahun 1830 mendapat banyak kecaman terutama dari kaum Liberal.
    Pada tahun 1854 pemerintah kolonial Hindia-Belanda mengeluarkan peraturan hukum yang tertuang dalam artikel 109 Peraturan Pemerintah (Regerings Reglemeent), berisi tentang pembagian golongan masyarakat secara hukum Hindia-Belanda.[2] Peraturan itu membagi penduduk di Hindia Belanda dalam tiga kategori pokok, yaitu: Golongan Eropa dan mereka yang dipersamakan kedudukannya dengan Golongan Eropa (met europanen gelijkgestelden), Golongan Timur Asing (vreemde oosterlingen) dan Golongan Pribumi (inlander).[3] Pendiskriminasian golongan terjadi juga pada pendidikan, pemerintah melakukan pembatasan golongan bagi anak-anak yang akan mengikuti pendidikan barat. Golongan Eropa berhak memperoleh pendidikan tanpa dibatasi oleh status sosial mereka, sedangkan dari pribumi yang berhak sekolah adalah priyayi atau yang bekerja untuk pemerintah, dan bagi pribumi rendah tidak dapat memasuki sekolah-sekolah Eropa.
    Dari sudut pandang yang berbeda selain motif menyediakan tenaga kerja yang terampil, pendidikan digunakan sebagai jalan untuk membentuk kelompok masyarakat baru yang intelektual dan berguna untuk membantu pemerintah Kolonial Hindia-Belanda.[4] Pada masa Politik Liberal kebijakan dalam bidang pendidikan/pengajaran juga mengalami perubahan. Pada masa itu politik pengajaran Liberal membawa pengaruh terhadap:
    1.    Perluasan pengajaran bumi putra  tidak terikat lagi oleh anggaran Belanda yang sebesar f 25.000 seperti diterapkan oleh putusan pemerintah tahun1848.
    2.    Kesempatan kini terbuka bagi anak-anak Indonesia dan Cina untuk memasuki sekolah-sekolah Belanda.
    3.    Semua jabatan-jabatan negeri terbuka bagi tiap-tiap orang dengan tidak memperhatikan keturunan dan bangsa asal memenuhi syarat.[5]
    Pribumi yang telah terdidik nantinya akan digunakan untuk mengisi kekurangan tenaga pegawai pada perusahaan-perusahaan industri dan perdagangan swasta yang erat hubungannya dengan pemerintah kolonial. Sekolah-sekolah yang ada diorganisir menurut umur dan tingkatan sekolah berdasarkan batas perkembangan tertentu sesuai kepentingan pemerintah. Oleh karena itu meskipun sistem organisasi yang diperkenalkan sama dengan yang ada di Negeri Belanda namun bobot kurikulumnya berbeda, seperti mata pelajaran sejarah dan geografi yang sengaja tidak diberikan. Pemerintah menganggap hal itu akan menggugah identitas lokal dan membahayakan karena dapat menggugah kesadaran berbangsa.[6]
     Dari segi ekonomi, kemiskinan Pribumi di Hindia Belanda sebagai akibat pelaksanaan tanam paksa berdampak pada ketidakmampuan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan hidup. Hal itu berdampak pada penurunan daya beli terhadap barang-barang dari Eropa, bertolak belakang dengan perindustrian di Negeri Belanda dan Eropa yang berkembang dengan pesat pada akhir 1900. Peranan Hindia Belanda sebagai sumber bahan-bahan industri di Eropa selain juga merupakan tempat pemasaran produk-produk Eropa. Penurunan daya beli masyarakat akibat kemiskinan menjadikan pemasukan para importir menjadi devisit.
    Dalam rangka mencegah kebangkrutan para importir yang nantinya berujung pada penurunan permintaan barang, pemerintah memberlakukan kebijakan Politik Etis di Hindia Belanda. Penerapan Politik Etis yang diresmikan pemerintah pada tahun 1901 membawa pengaruh yang besar dalam segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Ide Politik Etis yang dicetuskan oleh Van Deventer berjudul “Een Eereschuld” (Hutang Kehormatan) tahun 1889 memiliki tujuan “Memberi kebahagiaan dan kemakmuran kepada bangsa Indonesia dengan menyelenggarakan pendidikan (education), pengairan (irigasi) dan perpindahan (emigrasi).”[7]
    Kebijakan Politik Etis meliputi aspek material seperti pembangunan sarana irigasi, pembangunan infrastruktur, emigrasi dan pembangunan kesehatan masyarakat. Sedangkan aspek non material berupa pengenalan pendidikan model barat terhadap rakyat Pribumi.[8] Meskipun dalam teorinya Politik Etis baik, yakni untuk kepentingan rakyat Indonesia, namun dalam prakteknya banyak menguntungkan pemerintah kolonial dan penguasa swasta.[9] Kebijakan Politik Etis tidak bermaksud untuk memberikan kemerdekaan kepada rakyat negeri jajahan penduduk pribumi pada kemajuan melainkan bertumpu pada kebutuhan kolonial.
    Pemerintah menganggap tugas pokok di lapangan pendidikan berdasarkan konsep Politik Etis adalah memberi pengajaran kepada bangsa Indonesia, tentunya pengajaran ini bersifat rendah dan disesuaikan dengan kebutuhan Pemerintah.[10] Dalam rangka memperbaiki pengajaran rendah bagi Bumi Putera maka pada tahun 1907 diambil tindakan yaitu mendirikan sekolah desa bagi anak-anak rakyat jelata, sekolah kelas II bagi anak-anak yang telah mengenal unsur-unsur budaya barat, dan sekolah kelas I yang diperuntukkan bagi anak-anak priyayi dan kaum terkemuka. Tahun 1870 diterapkan Politik Pintu Terbuka yang menyebabkan banyak bermunculan perusahaan-perusahaan Eropa di Hindia Belanda. Banyak tenaga kerja baik dari Eropa. Penerapan Undang-Undang Agraria pada tahun 1870 yang memberikan hak pada pengusaha asing untuk menyewa tanah menjadikan Indonesia yang kaya dikeruk oleh kaum imperialis-kapitalis terus-menerus terutama di bidang perkebunan dan pertambangan.
    Undang-Undang Agraria yang dikeluarkan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1870 secara tidak langsung berpengaruh terhadap penyelenggaraan sekolah. Salah satu pokok pikiran Undang-Undanng Agraria adalah memberikan kebebasan bagi pengusaha swasta untuk menyewa tanah di Hindia Belanda dalam waktu tertentu. Kebebasan ini tentunya menarik minat pemilik modal untuk melakukan investasi di Hindia Belanda. Pengusaha banyak yang menanamkan modal bergerak di bidang perkebunan dan pertambangan. Pasaran perdagangan pengusaha Eropa adalah internasional tentunya komoditi dari Hindia Belanda dibawa sampai ke luar negeri. Tenaga-tenaga terampil dan terdidik sangatlah penting untuk menjalankan aktifitas ekonomi sehingga tenaga-tenaga ahli dari Eropa didatangkan dengan biaya yang mahal.
    Keterbatasan tenaga kerja terdidik dan terampil menjadikan para pengusaha menuntut agar pemerintah mendirikan sekolah sesuai kebutuhan pengusaha. Landbouwschool (Sekolah Pertanian) merupakan bentuk pendidikan kejuruan yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda di bidang pertanian dan perkebunan. Landbouwschool (Sekolah Pertanian) diberikan di daerah tertentu dalam jumlah yang terbatas yaitu di Bogor dan Malang.
    Secara geografis, Bogor merupakan simpul perdagangan pangan untuk mendukung wilayah Batavia sebagai pusat pemerintahan, industri, dan perdagangan. Sedangkan secara agreokosistem, kawasan Bogor dengan curah hujan yang tinggi, didukung oleh iklim sejuk dan lahan yang bersifat vulkanik dan subur adalah berpotensi untuk dikembangkan berbagai jenis tanaman. Baik tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan/perikanan sebagai komplemen dari sistem pengembangan pertanian. Dan yang lebih penting adalah secara sosial budaya masyarakat Bogor sangat familiar dengan budaya tani, religius dan egaliter (terbuka) baik antar masyarakat setempat maupun dengan masyarakat pendatang. Berdasarkan landasan idiil Politik Etis[11] didirikan sekolah kejuruan.
    Tujuan dari Landbouwschool (Sekolah Pertanian) adalah untuk pemenuhan tenaga kerja terdidik yang dapat dibayar dengan gaji rendah. Berdasarkan prinsip ekonomi, perlunya pengusaha mempekerjakan penduduk Hindia Belanda daripada mendatangkan pekerja Eropa untuk menekan Biaya sehingga memperkecil pengeluaran.
    Peneliti mengangkat judul Landbouwschool (Sekolah Pertanian) di Bogor tahun 1903-1920, karena sebagai bentuk pelaksanaan Politik Etis jumlah Landbouwschool (Sekolah Pertanian) terbatas di beberapa kota di Hindia Belanda yaitu di Bogor dan Malang, yang dikenal sebagai kota perkebunan. Kota-kota ini memiliki sentral perkebunan yang bervariasi. Selain itu bahasan mengenai Landbouwschool (Sekolah Pertanian) belum ada yang menulis padahal sumber-sumber primernya memiliki jumlah yang relatif banyak.

    B.  Batasan Masalah
    Peneliti mengenai kontribusi Landbouwschool (sekolah pertanian) di jawa barat terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi masyarakat secara temporal dimulai tahun1903, dengan alasan pada tahun 1903 merupakan tahunn pertama secara hukum pemerintah mengeluarkan aturan mengenai pengajaran pertanian sebagai bentuk pemenuhan tenaga terdidik sesuai pelaksanaan Politik Pintu Terbuka dan berakhir tahun 1920 dengan alasan sekolah pertanian mengalami kemunduran karena terjadinya krisis ekonomi.

    C. Rumusan Masalah
                Berkaitan dengan kajian mengenai kontribusi Landbouwschool (sekolah pertanian) di Jawa Barat terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi masyarakat 1903-1920, rumusan masalahnya adalah:
    1.    Mengapa muncul Landbouwoschool tahun 1903-1920 ?
    2.    Bagaimana pelaksanaan Landbouwschool tahun 1903-1920 ?
    3.    Bagaimana kontribusi Landbouwschool terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi masyarakat di Jawa Barat ?
    D. Tujuan Penelitian
                Penelitian kontribusi Landbouwschool (sekolah pertanian) di Jawa Barat terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi masyarakat 1903-1920 bertujuan untuk:
    1.    Menjelaskan latar belakang munculnya Landbouwschool tahun 1903-1920.
    2.    Mendiskripsikan pelaksanaan Landbouwschool tahun 1903-1920.
    3.    Menjelaskan kontribusi Landbouwschool terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi Masyarakat di Jawa Barat.

    E. Manfaat Penelitian
    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Menjadi salah satu referensi dalam menambah informasi yang sangat berguna bagi lembaga dalam menambah wawasan mengenai sejarah perkembangan pendidikan dan sistem pendidikan di Jawa Barat pada masa kolonial tahun 1903-1920, khususnya mengenai kontribusi Landbouwschool terhadap perkembangan Sosial-Ekonomi Masyarakat, yang merupakan bagian dari kajian ilmu sejarah pendidikan Indonesia.

    F. Kajian Pustaka
    Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan acuan sebagai kajian pustaka terutama dari karya I Djumhur tentang Sejarah Pendidikan . Dalam paparan tersebut antara lain mengemukakan tentang ide Politik Etis yang dicetuskan oleh Van Deventer berjudul “Een Eereschuld” (Hutang Kehormatan) tahun 1889.
    Agus Trilaksana dalam tulisannya “Pendidikan pada Masa Pemerintahan Kolonial” dalam jurnal pendidikan sej vol 2 no.2 mengemukakan tentang aspek-aspek kebijakan politik.
    Dennys Lombard menulis tentang kolonial Hindia-Belanda mengeluarkan peraturan hukum yang tertuang dalam artikel 109 Peraturan Pemerintah (Regerings Reglemeent), berisi tentang pembagian golongan masyarakat secara hukum Hindia-Belanda.
    Buku dari BP3K yang berjudul “Pendidikan Di Indonesia dari Jaman ke jaman” berisi tentang landasan Idiil PolitikEtis.
    Dari kajian pustaka tersebut diatas penulis ingin mengungkapkan kontribusi landbouwschool (sekolah pertanian) di jawa barat terhadap perkembangan sosial – ekonomi masyarakat 1903-1920. Dengan mendapatkan data sebagai sumber bahan penulisan dan untuk melengkapi sumber-sumber  Arsip yang ada. karena keterbatasan keilmuan penulis dalam menelaah sumber.

    G. Metode Penelitian
    Dalam masalah penelitian kontribusi landbouwschool (sekolah pertanian) di jawa barat terhadap perkembangan sosial – ekonomi masyarakat 1903-1920, peneliti secara implisit dan eksplisit menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dengan merekonstruksi berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses historiografi[12].
    Sejarah sebagaimana ilmu-ilmu lain juga memeiliki seperangkat aturan dan prosedur kerja yang disebut metode sejarah.[13] Metode sejarah merupakan alat, piranti atau prosedur yang digunakan sejarawan dalam tugas meneliti sejarah. Louis Gottschalk mengemukakan bahwa metode sejarah sebagai suatu proses pengujian dan analisis sumber atau laporan dari masa lampau secara kritis.[14]
    Metode sejarah setidaknya mempunyai empat unsur yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.[15]
    G.1 Heuristik
    Adalah metode atau tahapan yang digunakan dalam penulisan sejarah dengan mengumpulkan sumber yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti). Pada tahapan ini sangat penting sekali karena akan menetukan keabsahan dan Validitas hasil tulisan nantinya.
    Heuristik merupakan proses mencari dan menemukan sumber- sumber yang diperlukan. Usaha mengumpulkan sumber penulis lakukan melaui study kepustakaan di Perpustakaan Universitas negeri Surabaya, Perpustakaan daerah Surabaya, dan toko-toko buku. Sedangkan penelusuran Rsip dilakukan di perpustakaan Nasional Indonesia dan Arsip Jagir untuk mencari data secara selektif dan relevan dengan permasalahan yang ada. Pada tahap heuristik ini penelusuran dilakukan melalui sumber Arsip, buku dan data-data sezaman.
    Usaha Penelusuran sumber penulis lakukan melalui study kepustakaan dan penelusuran Arsip tentang Landbouwschool dan terbitan sezaman yang merupakan sumber primer yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dan Arsip Jagir untuk diambil data secara selektif dan relevan dengan permasalahan yang ada. Beberapa sumber yang di cari antara lain :
    a)   T. J. Bezemer. Ensyklopedi Van Nederlandsche-Indie. 1921. Yang berisi pemerintah Belanda telah membuat keputusan untuk mendirikan Landbouwschool (Sekolah Pertanian) dan beberapa kursus pertanian yang akan diberikan kepada Pribumi, untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi Eropa.
    b)   Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1915-1916 Aanvangende 23 Agustus 1915 Drukkerij Dep. V. L. N. H. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.
    c)   Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het  Leerjaar 1916-1917 Aanvangende 07 Agustus 1916 Drukkerij Dep. V. L. N. H. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.
    d)   Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1917-1918 Aanvangende 30 Juli 1917. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.
    e)   Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg  Programma Voor Het Leerjaar 1919-1920 Aanvangende 07 Juli 1919 Drukkerij G. Kolff f co.-Batavia. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.
    f)           Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1920-1921 Aanvangende 05 Juli 1920 Drukkerij Dep. V. L. N. H. Yang berisi gambaran mengenai Sekolah (letak ruang kepsek, ruang kelas, lab), daftar nama guru yang mengajar, daftar nama murid, kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Sekolah, peraturan pemerintah Belanda tanggal 06 Januari 1915 No.31 (format penulisan surat sekolah), pembagian kelas.      
    G.2 Verifikasi ( kritik sumber)
                     Setelah melakukan pengumpulan data, tahap berikutnya adalah verikasi atau lazim disebut dengan kritik untuk memperoleh keabsahan sumber.[16] Dalam hal ini diuji keabsahan dan keaslian sumber (otentik) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan kredibilitas sumber ditelusuri dengan kritik intern.[17] Dalam penelitian ini penekanan lebih banyak diberikan pada studi literatur yang mengutamakan isi sumber berdasarkan kredibilitasnya. Antara sumber primer dan sekunder diadakan perbandingan sehingga dapat saling melengkapi.           
    G.3 Interpretasi
                Interpretasi sering disebut juga dengan istilah penafsiran sejarah atau analisis sejarah. Analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah. Interpretasi dapat dilakukan dengan membandingkan data-data yang diperoleh guna menyingkap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang sama. Setelah data terkumpul lalu data disimpulakan untuk kemudian dibuat penafsiran keterkaitan antara sumber yang diperoleh.        

    G.4 Historiografi
                Historiografi merupakan kegiatan akhir dalam proses penulisan ini. Pada langkah ini fakta- fakta disususn secara sistematis dalam suatu sintesa yang komparatif, kausalitas dan kronologis sehingga tersususn sebuah skripsi Pengkajian sejarah disamping menggunakan empat tahap metode tersebut juga menggunakan pendekatan interdisipliner (ilmu bantu) yaitu antropologi dan sosiologi.
                Sudut pandang antropologi memandang bahwa segi- segi moral, estetis serta unsur- unsur evaluatif suatu bangsa adalah etos. Etos suatu bangsa merupakan sifat, watak, kualitas, gaya estetis dan suasana hati.[18] Etos adalah sikap mendasar terhadap diri setiap pribadi dan tehadap dunia yang direfleksikan dalam kehidupan. Moral atau sikap- sikap seseorang tidak lepas dari nilai- nilai sosial dan budaya.
                Perspektif sosiologi diperlukan untuk mengetahui siapa orang Barat, Timur Asing dan Pribumi di Jawa Barat. Melalui pandangan ini bangunan struktur sosial yang salah satu komponenennya adalah masyarakat.




    H. Sistematika
                Sistematika penulisan pada pada penelitian ini terbagi dalam beberapa bagian yang tersusun dalam lima bab. Bab I berisi tentang pendahuluan, dalam bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
                Bab II membahas mengenai keadaan kota Bogor yang akan meliputi keadaan geografis penduduk, ekonomi, sosial, dan keadaan umum pendidikan Bogor.
                Bab III membahas mengenai munculnya Landbouwschool dan bentuk-bentuknya, pelaksanaan kurikulum Landbouwschool meliputi mata pelajaran, persyaratan penerimaan murid, tingkatan kelas, ujian, lulusan, dan aturan-aturan sekolah lain, serta pengaruhnya bagi masyarakat di Bogor.
                Bab IV menjelaskan kontribusi Landbouwschool terhadap perkembangan sosial-ekonomi masyarakat Jawa Barat.
                Bab V penutup berisi kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang berasal dari beberapa pembahasan yang dipaparkan. Selain itu dicantumkan pula saran yang berisi masukan untuk menjadikan tulisan menjadi lebih sempurna.


    DAFTAR PUSTAKA

    SUMBER PRIMER :
    T. J. Bezemer. Ensyklopedi Van Nederlandsche-Indie. 1921.
    Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar  1915-1916 Aanvangende 23 Agustus 1915 Drukkerij Dep. V. L. N. H.
    Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het  Leerjaar 1916-1917 Aanvangende 07 Agustus 1916 Drukkerij Dep. V. L. N. H.
    Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het  Leerjaar 1917-1918 Aanvangende 30 Juli 1917.
    Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg  Programma Voor Het Leerjaar 1919-1920 Aanvangende 07 Juli 1919 Drukkerij G. Kolff f co.-Batavia.
    Middelbare Landbouwschool Te Buitenzorg Programma Voor Het Leerjaar 1920-1921 Aanvangende 05 Juli 1920 Drukkerij Dep. V. L. N. H.

    SUMBER SEKUNDER :
    Djumhur, I dan  Danasuparta . 1959. Sejarah Pendidikan . Bandung : CV Ilmu Bandung.
    Agus Trilaksana. 2004. “Pendidikan pada Masa Pemerintah Kolonial Belanda dan Distribusi Ilmu Pengetahuan”. Dalam  Jurnal Pendidikan Sejarah vol 2 no.2 September 2004. Surabaya: Jurusan Sejarah FIS Unesa.
    Dennys Lombard. 2000. Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia 2. Jakarta: Gramedia  Pustaka Utama.
    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1979. Pendidikan  di Indonesia dari jaman ke jaman.BP3K.




    [1] Sejak  kemenangan golongan Liberal berbagai kebijakan seperti penghapusan Cultuurstelsel, dikeluarkannya Undang-undang  Agraria (agrariswet) dan Undang-undang Gula (suikerwet) yang sebenarnya bukan untuk perbaikan nasib rakyat tapi untuk kepentingan kaum modal swasta Belanda.
    [2] Dennys Lombard. 2000. Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia 2. Jakarta: Gramedia  Pustaka Utama. Hlm. 82
    [3] I. Djumhur. 1979. Sejarah Pendidikan. Bandung : CV Ilmu Bandung. Hlm. 131
    [4] Pada masa tanam  paksa pemerintah memfungsikan orang-orang yang memiliki pendidikan dan status sosial seperti kepala desa sebagai pengawas, meskipun tanam paksa dihapus orang-orang tetap difungsikan sebagai penggerak masyarakat rendah.
    [5] I. Djumhur, Op. Cit. Hlm. 127
    [6] Agus Trilaksana. 2004.”Pendidikan pada Masa Pemerintah Kolonial Belanda dan Distribusi Ilmu Pengetahuan”. Dalam Jurnal Pendidikan Sejarah vol 2 no.2 September 2004. Surabaya: Jurusan Sejarah FIS Unesa. Hlm. 8
    [7] I. Djumhur, Op. Cit. Hlm. 134-135
    [8] Agus Trilaksana. Op. Cit. Hlm. 3
    [9] Hal itu terlihat dari banyaknya diskriminasi peluang bagi golongan Pribumi, golongan yang diaanggap bermanfaat seperti priyayi atau yang bekerja untuk pemerintah diberikan kesempatan, sedangkan bagi rakyat biasa hanya boleh bersekolah di kelas rendah. Djumhur. Ibid
    [10] I. Djumhur. Op. Cit, Hlm. 135
    [11] Pokok-pokok pikiran: 1.pendidikan dan pengetahuan barat diterapkan sebanyak mungkin bagi golongan penduduk Bumi Putera. Untuk itu bahsa Belanda diharapkan dapat menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah. 2. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan Bumi Putera disesuiakan dengan kebutuhan mereka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1979. Pendidikan  di Indonesia dari jaman ke jaman.BP3K. Hlm. 63
    [12] Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (terjemahan) Nugroho Notosusanto, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985), hal. 32,
    [13] Aminuddin Kasdi. Memahami Sejarah. (Surabaya: Unesa Press, 2000) Hal 10.
    [14] Op. Cit,. Hal 31.
    [15] Op. Cit,. hal. 10
                [16] Dudung Abdurrahman,, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal.58.
                [17] Ibid. hal. 59.
    [18]  Cifford Geertz. Kebudayaan dan agama.(Yogyakarta: Kanisius,  1997), Hal 50.